JISUMH.COM – Grup K-Pop aespa kembali menjadi perbincangan panas di forum online setelah strategi promosi mereka yang dianggap lebih fokus ke pasar internasional dibandingkan domestik.
Banyak penggemar Korea yang mulai mempertanyakan prioritas SM Entertainment dalam mengelola jadwal grup tersebut.
Perdebatan dimulai dari sebuah postingan berjudul “aespa sepertinya sudah tidak peduli dengan aktivitas domestik lagi” yang menyebar di forum komunitas.
Penulis postingan itu menyoroti betapa singkatnya masa promosi aespa untuk lagu terbaru mereka, “Rich Man” di acara musik Korea. Setelah hanya satu minggu tampil di panggung domestik, grup itu langsung terbang ke Amerika Serikat untuk tampil di program Good Morning America (GMA).
Menurut penulis, aespa kini terlihat “terobsesi dengan Billboard” dan lebih mengutamakan penggemar luar negeri. Bahkan, jadwal fansign di Tiongkok sudah ditetapkan untuk bulan September, sementara fansign bagi penggemar Korea baru dijadwalkan pada akhir Oktober.
Bagi sebagian netizen, strategi ini dinilai terlalu berisiko. Mereka menilai aespa belum memiliki basis penggemar domestik yang benar-benar solid sehingga meninggalkan pasar Korea terlalu cepat dapat berdampak negatif.
“Mereka belum sepenuhnya mengamankan pasar Korea. Kalau terus begini, mereka bisa kehilangan Korea dan luar negeri sekaligus,” tulis seorang netizen.
Selain itu, ada pula kritik mengenai minimnya interaksi antar member yang ditampilkan di hadapan publik.
Beberapa berpendapat bahwa konten di balik layar aespa terlalu monoton karena hanya menampilkan obrolan singkat dengan stylist, bukan chemistry natural antar anggota. Hal ini dianggap membuat penggemar merasa “kering konten”.
“Kami sudah banyak mengeluarkan uang, tapi konten yang bisa dinikmati sedikit sekali. Fans jadi cepat burnout, fandom jadi terpecah. Mereka seharusnya memperkuat pasar Korea lebih dulu,” komentar seorang pengguna forum dengan nada kecewa.
Meski demikian, tidak semua orang setuju dengan pandangan pesimistis tersebut. Ada juga netizen yang menilai langkah aespa masuk ke pasar global justru tepat.
“aespa mungkin merasa sudah cukup kuat di Korea, makanya fokus ke luar negeri. Toh ‘Rich Man’ bisa tembus top 5 dan ‘Dirty Work’ pernah sampai No. 2 di chart domestik. Itu bukti mereka masih relevan,” tulis salah satu komentar.
JISUMH.COM – Grup K-Pop aespa kembali menjadi perbincangan panas di forum online setelah strategi promosi mereka yang dianggap lebih fokus ke pasar internasional dibandingkan domestik.
Banyak penggemar Korea yang mulai mempertanyakan prioritas SM Entertainment dalam mengelola jadwal grup tersebut.
Perdebatan dimulai dari sebuah postingan berjudul “aespa sepertinya sudah tidak peduli dengan aktivitas domestik lagi” yang menyebar di forum komunitas.
Penulis postingan itu menyoroti betapa singkatnya masa promosi aespa untuk lagu terbaru mereka, “Rich Man” di acara musik Korea. Setelah hanya satu minggu tampil di panggung domestik, grup itu langsung terbang ke Amerika Serikat untuk tampil di program Good Morning America (GMA).
Menurut penulis, aespa kini terlihat “terobsesi dengan Billboard” dan lebih mengutamakan penggemar luar negeri. Bahkan, jadwal fansign di Tiongkok sudah ditetapkan untuk bulan September, sementara fansign bagi penggemar Korea baru dijadwalkan pada akhir Oktober.
Bagi sebagian netizen, strategi ini dinilai terlalu berisiko. Mereka menilai aespa belum memiliki basis penggemar domestik yang benar-benar solid sehingga meninggalkan pasar Korea terlalu cepat dapat berdampak negatif.
“Mereka belum sepenuhnya mengamankan pasar Korea. Kalau terus begini, mereka bisa kehilangan Korea dan luar negeri sekaligus,” tulis seorang netizen.
Selain itu, ada pula kritik mengenai minimnya interaksi antar member yang ditampilkan di hadapan publik.
Beberapa berpendapat bahwa konten di balik layar aespa terlalu monoton karena hanya menampilkan obrolan singkat dengan stylist, bukan chemistry natural antar anggota. Hal ini dianggap membuat penggemar merasa “kering konten”.
“Kami sudah banyak mengeluarkan uang, tapi konten yang bisa dinikmati sedikit sekali. Fans jadi cepat burnout, fandom jadi terpecah. Mereka seharusnya memperkuat pasar Korea lebih dulu,” komentar seorang pengguna forum dengan nada kecewa.
Meski demikian, tidak semua orang setuju dengan pandangan pesimistis tersebut. Ada juga netizen yang menilai langkah aespa masuk ke pasar global justru tepat.
“aespa mungkin merasa sudah cukup kuat di Korea, makanya fokus ke luar negeri. Toh ‘Rich Man’ bisa tembus top 5 dan ‘Dirty Work’ pernah sampai No. 2 di chart domestik. Itu bukti mereka masih relevan,” tulis salah satu komentar.
Namun, komentar lain membantah hal itu dengan nada sarkastik, “Apa gunanya jadi top 5 kalau targetnya seharusnya No. 1? Mereka terlalu cepat puas.”
Beberapa netizen juga menyoroti aspek finansial. Mereka mengingatkan bahwa sebagian besar pendapatan K-pop masih datang dari Korea. “Bahkan di masa kejayaan BTS, pasar domestik tetap lebih besar. Kalau terlalu fokus ke luar negeri, hasilnya belum tentu sebanding dengan usaha yang dikeluarkan,” ujar seorang netizen.
Komentar lain bahkan lebih keras menyindir SM Entertainment dengan mengatakan, “Kenapa SM begitu terobsesi dengan Amerika? aespa masih grup Korea, seharusnya sukses di Korea dulu baru keluar negeri. Kalau fans domestik ditinggalkan, habis sudah.”
Meski kritik deras, ada juga yang berpikir sebaliknya dan menganggap strategi ini wajar.
“aespa sedang ada di puncak domestik. IVE mulai kehilangan tenaga, sementara aespa tak tertandingi. Justru ini saat terbaik untuk memperluas pasar global,” tulis salah seorang penggemar yang mendukung.
Namun perdebatan tak berhenti di situ, ada juga yang membandingkan aespa dengan grup lain seperti TWICE.
“TWICE sukses di luar negeri tapi mereka tetap kerja keras di Korea. aespa harusnya meniru itu. Strategi satu minggu promosi lalu langsung kabur ke AS benar-benar bikin kesal,” kata seorang komentator.
Di sisi lain, banyak pula penggemar yang menilai langkah aespa ini hanya bagian dari strategi SM untuk menaikkan nilai saham.
“SM selalu begitu. Di awal hype luar biasa, tapi lama-lama aktivitas dipotong, kualitas turun, lalu fans dipaksa pindah ke grup baru. aespa sekarang sedang jadi korban strategi saham itu,” tulis komentar tajam lainnya.
Netizen lain mengeluhkan dampak langsung terhadap fandom dengan menuliskan, “Jujur, fans Korea sudah lelah. Promosi mini album cuma seminggu? Itu gila. Kalau begini terus, fans domestik yang tersisa pun bisa hilang. Tidak ada keseimbangan sama sekali,” keluh seorang penggemar lama.
Ada pula suara yang lebih realistis menekankan pentingnya live performance untuk menembus pasar Amerika.
“Kalau benar mau ke Amerika, mulai dulu dari panggung live. Jangan hanya promo instan di TV. Itu tidak akan meninggalkan jejak panjang,” tulis seorang netizen.
Diskusi ini pun memunculkan pertanyaan besar: apakah aespa sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi grup global atau justru mengorbankan loyalitas fans domestik yang sudah menopang mereka sejak awal?
Bagi penggemar, perdebatan ini lebih dari sekadar jadwal promosi. Ini adalah tentang arah masa depan aespa sebagai salah satu grup K-pop terkuat generasi keempat.
Apakah mereka akan menjadi fenomena global seperti BTS dan BLACKPINK atau justru kehilangan pijakan di rumah sendiri?
Yang jelas, diskusi ini menunjukkan bahwa perhatian publik terhadap aespa masih sangat besar, baik berupa kritik pedas maupun dukungan hangat. Bagi SM Entertainment, ini bisa menjadi sinyal penting untuk menyeimbangkan strategi global dan domestik sebelum terlambat.
Namun, komentar lain membantah hal itu dengan nada sarkastik, “Apa gunanya jadi top 5 kalau targetnya seharusnya No. 1? Mereka terlalu cepat puas.”
Beberapa netizen juga menyoroti aspek finansial. Mereka mengingatkan bahwa sebagian besar pendapatan K-pop masih datang dari Korea. “Bahkan di masa kejayaan BTS, pasar domestik tetap lebih besar. Kalau terlalu fokus ke luar negeri, hasilnya belum tentu sebanding dengan usaha yang dikeluarkan,” ujar seorang netizen.
Komentar lain bahkan lebih keras menyindir SM Entertainment dengan mengatakan, “Kenapa SM begitu terobsesi dengan Amerika? aespa masih grup Korea, seharusnya sukses di Korea dulu baru keluar negeri. Kalau fans domestik ditinggalkan, habis sudah.”
Meski kritik deras, ada juga yang berpikir sebaliknya dan menganggap strategi ini wajar.
“aespa sedang ada di puncak domestik. IVE mulai kehilangan tenaga, sementara aespa tak tertandingi. Justru ini saat terbaik untuk memperluas pasar global,” tulis salah seorang penggemar yang mendukung.
Namun perdebatan tak berhenti di situ, ada juga yang membandingkan aespa dengan grup lain seperti TWICE.
“TWICE sukses di luar negeri tapi mereka tetap kerja keras di Korea. aespa harusnya meniru itu. Strategi satu minggu promosi lalu langsung kabur ke AS benar-benar bikin kesal,” kata seorang komentator.
Di sisi lain, banyak pula penggemar yang menilai langkah aespa ini hanya bagian dari strategi SM untuk menaikkan nilai saham.
“SM selalu begitu. Di awal hype luar biasa, tapi lama-lama aktivitas dipotong, kualitas turun, lalu fans dipaksa pindah ke grup baru. aespa sekarang sedang jadi korban strategi saham itu,” tulis komentar tajam lainnya.
Netizen lain mengeluhkan dampak langsung terhadap fandom dengan menuliskan, “Jujur, fans Korea sudah lelah. Promosi mini album cuma seminggu? Itu gila. Kalau begini terus, fans domestik yang tersisa pun bisa hilang. Tidak ada keseimbangan sama sekali,” keluh seorang penggemar lama.
Ada pula suara yang lebih realistis menekankan pentingnya live performance untuk menembus pasar Amerika.
“Kalau benar mau ke Amerika, mulai dulu dari panggung live. Jangan hanya promo instan di TV. Itu tidak akan meninggalkan jejak panjang,” tulis seorang netizen.
Diskusi ini pun memunculkan pertanyaan besar: apakah aespa sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi grup global atau justru mengorbankan loyalitas fans domestik yang sudah menopang mereka sejak awal?
Leave a Reply