JISUMH.COM – Grup global KATSEYE, baru-baru ini mengungkap sisi gelap dari ketenaran yang jarang dibicarakan.
Dalam wawancara eksklusif bersama BBC pada 12 November, para anggota grup tersebut mengaku telah menerima ribuan ancaman pembunuhan sejak debut mereka tahun lalu.
Salah satu anggota, Lara, menceritakan betapa berat tekanan yang dirasakan. “Aku selalu mencoba untuk tidak peduli, tapi ketika ada seribu orang yang mengirimi ancaman, sulit untuk tetap tenang,” ujarnya jujur.
Lara menambahkan bahwa meskipun ancaman itu belum pernah benar-benar terjadi, beban mental yang ditimbulkannya tetap luar biasa besar. “Kadang aku merasa kewalahan, bahkan untuk hal-hal kecil,” katanya.
Selain ancaman, Lara juga menjadi sasaran perlakuan rasis. Vokalis utama KATSEYE tersebut mengungkap ada seseorang yang bahkan melapor ke otoritas imigrasi Amerika Serikat (ICE), dengan tuduhan palsu bahwa dirinya tinggal dan bekerja secara ilegal di negara tersebut.
Tak berhenti di situ, komentar seksis juga menjadi bagian dari tekanan yang harus mereka hadapi. “Orang-orang menilai kami sebagai perempuan yang bisa diberi skor,” ujar Lara.
“Mereka menilai wajah, cara bernyanyi, menari, lalu menghitung semuanya seolah kami angka di layar. Rasanya seperti hidup di dunia yang tidak nyata.” tambahnya.
Akibat terus-menerus menjadi sasaran kebencian, Lara akhirnya memutuskan untuk menghapus akun media sosialnya. Dirinya menyadari bahwa hidup dengan terus mendengarkan opini orang lain hanya akan membuatnya kehilangan diri sendiri.
“Aku sadar aku tak perlu hidup berdasarkan apa yang orang lain pikirkan,” kata Lara. Lara pun menambahkan, “menghapus akun-akunku terasa seperti mengambil kembali kendali atas hidupku.”
Rekan satu grupnya, Manon, menggambarkan pengalaman tersebut sebagai “serangan psikologis”. Manon mengaku bahwa tekanan dari dunia maya bisa terasa seperti luka yang tak terlihat, tapi sangat nyata.
Anggota lainnya, Sophia, juga bicara terbuka mengenai dampak ketenaran terhadap kehidupan pribadi mereka. “Karier kami memang baru berjalan sebentar, tapi kata-kata kasar sudah banyak dilemparkan, bahkan kepada keluarga kami,” ujarnya.
Menurut Sophia, mereka menyadari bahwa hidup di bawah sorotan publik memang memiliki konsekuensinya, namun tetap saja mereka adalah manusia yang memiliki batas. “Kami mencoba kuat, tapi kami juga punya perasaan,” tambahnya.
JISUMH.COM – Grup global KATSEYE, baru-baru ini mengungkap sisi gelap dari ketenaran yang jarang dibicarakan.
Dalam wawancara eksklusif bersama BBC pada 12 November, para anggota grup tersebut mengaku telah menerima ribuan ancaman pembunuhan sejak debut mereka tahun lalu.
Salah satu anggota, Lara, menceritakan betapa berat tekanan yang dirasakan. “Aku selalu mencoba untuk tidak peduli, tapi ketika ada seribu orang yang mengirimi ancaman, sulit untuk tetap tenang,” ujarnya jujur.
Lara menambahkan bahwa meskipun ancaman itu belum pernah benar-benar terjadi, beban mental yang ditimbulkannya tetap luar biasa besar. “Kadang aku merasa kewalahan, bahkan untuk hal-hal kecil,” katanya.
Selain ancaman, Lara juga menjadi sasaran perlakuan rasis. Vokalis utama KATSEYE tersebut mengungkap ada seseorang yang bahkan melapor ke otoritas imigrasi Amerika Serikat (ICE), dengan tuduhan palsu bahwa dirinya tinggal dan bekerja secara ilegal di negara tersebut.
Tak berhenti di situ, komentar seksis juga menjadi bagian dari tekanan yang harus mereka hadapi. “Orang-orang menilai kami sebagai perempuan yang bisa diberi skor,” ujar Lara.
“Mereka menilai wajah, cara bernyanyi, menari, lalu menghitung semuanya seolah kami angka di layar. Rasanya seperti hidup di dunia yang tidak nyata.” tambahnya.
Akibat terus-menerus menjadi sasaran kebencian, Lara akhirnya memutuskan untuk menghapus akun media sosialnya. Dirinya menyadari bahwa hidup dengan terus mendengarkan opini orang lain hanya akan membuatnya kehilangan diri sendiri.
“Aku sadar aku tak perlu hidup berdasarkan apa yang orang lain pikirkan,” kata Lara. Lara pun menambahkan, “menghapus akun-akunku terasa seperti mengambil kembali kendali atas hidupku.”
Rekan satu grupnya, Manon, menggambarkan pengalaman tersebut sebagai “serangan psikologis”. Manon mengaku bahwa tekanan dari dunia maya bisa terasa seperti luka yang tak terlihat, tapi sangat nyata.
Anggota lainnya, Sophia, juga bicara terbuka mengenai dampak ketenaran terhadap kehidupan pribadi mereka. “Karier kami memang baru berjalan sebentar, tapi kata-kata kasar sudah banyak dilemparkan, bahkan kepada keluarga kami,” ujarnya.
Menurut Sophia, mereka menyadari bahwa hidup di bawah sorotan publik memang memiliki konsekuensinya, namun tetap saja mereka adalah manusia yang memiliki batas. “Kami mencoba kuat, tapi kami juga punya perasaan,” tambahnya.
Meski menghadapi banyak tantangan, KATSEYE tetap menorehkan prestasi besar. Grup ini baru saja diumumkan sebagai nominasi di ajang Grammy Awards 2025, untuk dua kategori sekaligus yakni Best New Artist dan Best Pop Duo/Group Performance.
Prestasi tersebut menjadi pencapaian luar biasa bagi grup yang baru berusia dua tahun. Manon menyebut keberagaman anggota KATSEYE sebagai salah satu kekuatan terbesar mereka.
“Aku bangga dengan identitas multikultural kami,” katanya. “Aku ingin setiap gadis, dari latar belakang apa pun, bisa bangga dengan asalnya.” tambahnya.
Di akhir wawancara, Lara memberikan pesan hangat bagi para seniman muda dari berbagai latar budaya. “Jangan takut untuk mencoba,” ucapnya.
Lara juga menambahkan, “warna kulit dan budaya kita adalah kekuatan, bukan kelemahan. Peluklah itu dengan bangga.”
Kisah KATSEYE menjadi pengingat bahwa di balik sorotan dan tepuk tangan, ada perjuangan emosional yang nyata. Namun dari semua tekanan itu, mereka memilih untuk tetap berdiri, membawa pesan keberanian, keragaman, dan keteguhan hati bagi generasi baru.
Meski menghadapi banyak tantangan, KATSEYE tetap menorehkan prestasi besar. Grup ini baru saja diumumkan sebagai nominasi di ajang Grammy Awards 2025, untuk dua kategori sekaligus yakni Best New Artist dan Best Pop Duo/Group Performance.
Prestasi tersebut menjadi pencapaian luar biasa bagi grup yang baru berusia dua tahun. Manon menyebut keberagaman anggota KATSEYE sebagai salah satu kekuatan terbesar mereka.
“Aku bangga dengan identitas multikultural kami,” katanya. “Aku ingin setiap gadis, dari latar belakang apa pun, bisa bangga dengan asalnya.” tambahnya.
Di akhir wawancara, Lara memberikan pesan hangat bagi para seniman muda dari berbagai latar budaya. “Jangan takut untuk mencoba,” ucapnya.
Lara juga menambahkan, “warna kulit dan budaya kita adalah kekuatan, bukan kelemahan. Peluklah itu dengan bangga.”
Kisah KATSEYE menjadi pengingat bahwa di balik sorotan dan tepuk tangan, ada perjuangan emosional yang nyata. Namun dari semua tekanan itu, mereka memilih untuk tetap berdiri, membawa pesan keberanian, keragaman, dan keteguhan hati bagi generasi baru.

Leave a Reply